Rabu, 06 Mei 2009

Apa yang bisa dilakukan dengan harga secangkir kopi Starbuck?


Ide ini awalnya muncul dari pengalaman ketika diajak pertemuan dengan sesorang yang memilih tempat ngobrol di starbuck. Dari awal gw tau kalo ini tempat kopinya mahal, tapi karena udah diajak ya ga pa pa lah, sambil berharap ditraktir. Ternyata harapan tinggal harapan, bayar sendiri-sendiri rupanya. Jadi gw mesen yang paling murah yaitu espresso. ‘Espresso siap!!’ teriak baristanya, gw langsung ke meja dan bingung sama cangkir kecil setinggi 3 jari (jadi inget ukuran smurf). ‘mas kopinya mana” kata gw dengan bego, ternyata ya itu kopinya seuprit itu. Karena ga puas gw mesen yang laen, yang rada standar lah. Lagi-lagi begonya gw terungkap pas pelayanya nanya gw, kopinya hot atau ice, ‘hot mas’, latte atau mocca ‘engg yang terakhir deh, mirip nama band favorit gw’, ‘tambah cream atau cinnamon?” duh mulai panik, ‘itu mas terakhir juga, lagunya enak2 tuh’ (ini nanya kopi ato band favorit sih?). Dan banyak lagi pertanyaan sampe dia membiarkan gw duduk dengan tenang. Gw mikir, kenapa ga dibuat aja pohon kekerabatan filogenetik kopi yang dijual dan dipajang di counternya, trus menunya dibuat kunci dikotom kaya klo mau deskripsi spesies. I bet Linneus must be proud of this, his systema naturae could be useful in popular ways.

Uang gw yang abis sekitar 65 ribuan untuk kopi, kadang gw pikir bisa berguna buat sesuatu yang lain. Bukan gw mencibir starbuck dengan harga kopinya. Lagi-lagi itu semua pilihan kan. Mau ngopi pake kopi instan beli di warung yang modal seribu doank atau ngopinya pake bubuk kopi plus ampas jagung di atas gunung Halimun, itu semua pilihan. Jadi gw coba buta tulisan-tulisan yang kira2 menggambarkan apa yang bisa kita lakukan dengan uang senilai satu cangkir kopi starbuck. Kalau BBC pernah buat program a dollar a day for living, dan riset Harvard tentang perkembangan harga Big Mac McDonald, maka gw coba buat riset asal-asalan dengan patokan harga kopi standar starbuck.

Buat yang mau kontribusi silakan aja. Tapi perlu gw buat aturannya nih..

1. Kegiatan, barang atau jasa apapun harus senilai kurang dari atau sama dengan Rp 50.000. Ga boleh lebih. Tentunya kalau harga kopinya naek, gw juga naikin batas harganya.

2. Dampak dari pengeluaran uang senilai yang diatas harus dirasakan langsung. Maksudnya gini, kalau lu masukin 50.000 ke saham dan nunggu seratus tahun lagi untuk beli ferari atau bahkan beli franchisenya starbuck sendiri, itu ga masuk hitungan.

3. Kalau bisa buat rinciannya, abis buat apa aja uang itu. Ga usah pake neraca lajur ato ayat jurnal penyesuaian segala, gw bukan BPK ato orang pajak.

4. Pengeluaran uang diitung dari kita keluar rumah/kos/asrama/penjara/kandang ato apapun domisili kita sampe balik lagi.

5. Gimana klo dalam kegiatan itu kita bisa menghemat dengan cara :nebeng ortu, malak anak sd di jalan, ngemis sambil bawa bayi, makan sampel makanan di supermarket? Jawabannya, terserah, be creative dan dosa ditanggung sendiri he..he. Asal syarat nomor 1 terpenuhi.